Film “A Business Proposal” yang merupakan adaptasi dari drama Korea populer dengan judul yang sama, resmi dirilis di bioskop Indonesia pada 6 Februari 2025. Sayangnya, antusiasme penonton tidak sebesar yang diharapkan. Pada hari pertama penayangannya, film ini hanya berhasil mengumpulkan 6.894 penonton, menjadikannya salah satu adaptasi dengan jumlah penonton terendah dalam sejarah perfilman Indonesia. Lantas, apa yang menyebabkan film ini gagal menarik minat penonton? Mari kita ulas lebih dalam.
Latar Belakang Popularitas “A Business Proposal” Versi Korea
Sebelum membahas lebih jauh tentang film versi Indonesia, penting untuk memahami betapa populernya drama Korea “A Business Proposal” yang dirilis pada tahun 2022. Drama ini diadaptasi dari webtoon berjudul “The Office Blind Date” dan sukses menarik perhatian penonton global berkat alur cerita yang ringan, chemistry antara pemain, serta humor yang menghibur. Drama ini mencatat rating tinggi di Korea Selatan dan menjadi salah satu drama rom-com terpopuler di platform streaming Netflix.
Kesuksesan drama Korea ini membuat banyak pihak tertarik untuk membuat adaptasinya, termasuk di Indonesia. Namun, sayangnya, adaptasi filmnya justru menuai kritik dan tidak berhasil menarik jumlah penonton yang signifikan.
Jumlah Penonton Film “A Business Proposal” Versi Indonesia: Fakta yang Mengecewakan
Film “A Business Proposal” versi Indonesia dirilis pada 6 Februari 2025 dengan harapan bisa mengulang kesuksesan versi Korea-nya. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Pada hari pertama penayangannya, film ini hanya berhasil menarik 6.894 penonton. Angka ini terbilang sangat rendah, bahkan untuk standar film Indonesia sekalipun. Sebagai perbandingan, film-film rom-com Indonesia lainnya biasanya mampu menarik puluhan ribu penonton di hari pertama.
Rendahnya jumlah penonton ini tentu menjadi tamparan keras bagi pihak produksi. Banyak yang menyebut film ini sebagai salah satu adaptasi dengan jumlah penonton terendah dalam sejarah perfilman Indonesia. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi?
Kritik terhadap Film “A Business Proposal” Versi Indonesia
Salah satu kritik utama yang dilontarkan oleh penonton adalah soal casting. Drama Korea “A Business Proposal” sukses besar berkat chemistry kuat antara Ahn Hyo-seop dan Kim Se-jeong sebagai pemeran utama. Namun, di versi Indonesia, chemistry antara pemain dianggap kurang meyakinkan. Beberapa penonton bahkan menyebut akting para pemain terasa kaku dan tidak natural, sehingga mengurangi daya tarik film ini.
Selain itu, alur cerita yang dianggap terlalu dipaksakan juga menjadi sorotan. Meskipun film ini mengklaim sebagai adaptasi, banyak adegan dan dialog yang diubah sehingga terasa tidak sesuai dengan semangat cerita aslinya. Penonton yang sudah menonton drama Korea-nya merasa kecewa karena film ini dianggap tidak menghormati sumber materialnya.
Promosi yang kurang maksimal juga turut berkontribusi pada rendahnya jumlah penonton. Dibandingkan dengan film-film Indonesia lainnya yang gencar melakukan promosi melalui media sosial, televisi, dan event-event khusus, film “A Business Proposal” terkesan kurang mendapatkan perhatian dari pihak produksi. Hal ini membuat banyak orang tidak menyadari bahwa film ini sudah dirilis di bioskop.
Baca juga:
DJ Tembak Langit: Remix “Baby Don’t Go” Reza Arap yang Viral dengan Breakbeat Enerjik
Perbandingan dengan Adaptasi Film Lain
Adaptasi film dari drama atau serial Korea sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Beberapa film seperti “Miracle in Cell No. 7” dan “My Sassy Girl” juga pernah dibuat versi Indonesianya dan berhasil menarik perhatian penonton. Namun, yang membedakan adalah cara adaptasi dan eksekusinya. Film-film tersebut berhasil menyesuaikan cerita dengan konteks lokal tanpa kehilangan esensi dari versi aslinya.
Sayangnya, hal ini tidak terjadi pada film “A Business Proposal”. Alih-alih menciptakan adaptasi yang segar dan relevan, film ini justru terkesan seperti menjiplak mentah-mentah adegan dari drama Korea-nya tanpa memberikan sentuhan kreatif yang berarti. Akibatnya, penonton merasa bosan dan tidak tertarik untuk menontonnya.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Rendahnya jumlah penonton film “A Business Proposal” versi Indonesia seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi industri film Tanah Air. Adaptasi film dari karya populer memang memiliki potensi besar untuk menarik minat penonton, namun hal ini harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Pemilihan Casting yang Tepat: Chemistry antara pemain adalah kunci kesuksesan film rom-com. Pihak produksi harus memastikan bahwa pemain yang dipilih mampu membawakan karakter dengan baik dan memiliki chemistry yang kuat.
- Menjaga Esensi Cerita Asli: Meskipun adaptasi, penting untuk tetap menghormati sumber materialnya. Perubahan yang dilakukan harus memiliki alasan yang kuat dan tidak merusak inti cerita.
- Promosi yang Maksimal: Promosi adalah kunci untuk menarik minat penonton. Pihak produksi harus memastikan bahwa film mereka mendapatkan eksposur yang cukup melalui berbagai media.
- Kreativitas dalam Adaptasi: Adaptasi bukan sekadar menjiplak, melainkan menciptakan sesuatu yang baru dan relevan dengan konteks lokal. Pihak produksi harus berani mengambil risiko dan menambahkan sentuhan kreatif mereka sendiri.
Baca juga:
Cara Buat Aplikasi Video Hailuo AI Kungfu yang Viral di TikTok
Kesimpulan
Jumlah penonton film “A Business Proposal” versi Indonesia yang rendah menjadi bukti bahwa adaptasi film bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kerja keras, kreativitas, dan pemahaman mendalam terhadap sumber material untuk menciptakan adaptasi yang sukses. Meskipun film ini gagal memenuhi ekspektasi, semoga hal ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi industri film Indonesia ke depannya. Dengan perbaikan di berbagai aspek, bukan tidak mungkin adaptasi film dari karya populer bisa sukses menarik minat penonton di masa mendatang.